Gunung Gede: Sebuah Kompilasi Pendakian
2 years ago...
Dua tahun lalu, gue masih menjadi
mahasiswa tingkat akhir yang imut, lucu, dan menggemaskan. Sampai pada suatu
ketika gue sadar bahwa gue adalah seorang pria yang ganteng, macho, dan
sixpack, sudah seharusnya punya hobi melanglang buana kemana-mana.
*digebuk*
*digebuk*
Dua tahun lalu gue masih mahasiswa tingkat akhir yang kebanyakan waktu luang, kebanyakan ngayal,
dan kebanyakan alesan buat ngerjain skripsi. So, itulah yang bikin gue hampir sebulan sekali
manjat gunung.
Gunung yang paling dekat dari
jangkauan gue, Depok, ya cuma Gunung Gede atau Gunung Pangrango atau Gunung
Salak. Jadilah gue memilih Gunung Gede jadi tujuan mendaki. Selain itu, tentu
aja cost-nya paling masuk akal buat kantong mahasiswa kere macem gue yang
selalu cekak.
Pertama kali manjat Gunung Gede
itu barengan geng yang manjat ke Gunung Merbabu kala itu. Ketambah beberapa
orang baru juga berkurang beberapa orang.
Pilihan manjat Gunung
Gede itu adalah via jalur Gunung Putri yang kemudian berakhir di Cibodas. Waktu
itu gue masih belum tau, Gunung Gede itu persyaratannya super rempong. Gue
kan boleh nebeng orang, jadinya tau beres.
Tapi begitu manjat kedua dan
seterusnya, remponggg benerrr! Kalau gak kepepet lagi sakaw banget pengen
manjat sih mendingan gue manjat gunung yang lain aja deh. Suer!
Bgini nih stepnya manjat Gunung Gede dan atau
Pangrango (disingkat TNGP) yang juwaranya rempong itu:
1. Daftar
online ke: http://booking.gedepangrango.org
a. Isi aja yang harus diisi.
b. Pilih gunung apa yang mau didaki. Pilih tanggal dan hari kapan mau mendaki
c. Biasanya mendaki kapan sampai kapan. Maksimal 3 hari 2 malam, seingat gue. Lagian kalo kelamaan di sana ntar disangka mau jualan beha.
d. Mendaki dan turun dari jalur mana ke jalur mana. Cibodas? Gunung Putri? Atau Selabintana? Itu jalur yang resmi. Yang gak resmi banyak, tapi sering ditemuin tengkorak manusia sih...
e. Isi nama nama grup pecinta alam. Bisa diisi Pegasus, Cobra, Melati, Mawar, Anggrek, Cakar Elang, Raungan Srigala, Bintang laut. Whatever you like. Coba cari yang sesuai hati nurani.
2. Jumlah anggota berapa. Biasanya dibatasi maksimal 10 orang per group. Kalau lebih? Ya bikin group lain. Gampang.
3. Kalau sudah berhasil, kita bakalan masuk ke antrian para pendaki untuk disetujui, terus tinggal print.
4. Setelah print, maksimal seminggu sebelum tanggal mendaki, kita harus datang ke kantor TNGP (Taman Nasional Gede Pangrango) buat bayar biaya masuk yang kayaknya seorang masih 10ribuan aja. Lalu diambillah Simaksi (surat ijin mendaki) buat syarat kita masuk mendaki di Pos Pendakian awal.
5. Begitu aja. Kalau ada perubahan, kabar-kabari ya. :p
6. Mendaki dengan gembira di hari yang telah ditentukan!
a. Isi aja yang harus diisi.
b. Pilih gunung apa yang mau didaki. Pilih tanggal dan hari kapan mau mendaki
c. Biasanya mendaki kapan sampai kapan. Maksimal 3 hari 2 malam, seingat gue. Lagian kalo kelamaan di sana ntar disangka mau jualan beha.
d. Mendaki dan turun dari jalur mana ke jalur mana. Cibodas? Gunung Putri? Atau Selabintana? Itu jalur yang resmi. Yang gak resmi banyak, tapi sering ditemuin tengkorak manusia sih...
e. Isi nama nama grup pecinta alam. Bisa diisi Pegasus, Cobra, Melati, Mawar, Anggrek, Cakar Elang, Raungan Srigala, Bintang laut. Whatever you like. Coba cari yang sesuai hati nurani.
2. Jumlah anggota berapa. Biasanya dibatasi maksimal 10 orang per group. Kalau lebih? Ya bikin group lain. Gampang.
3. Kalau sudah berhasil, kita bakalan masuk ke antrian para pendaki untuk disetujui, terus tinggal print.
4. Setelah print, maksimal seminggu sebelum tanggal mendaki, kita harus datang ke kantor TNGP (Taman Nasional Gede Pangrango) buat bayar biaya masuk yang kayaknya seorang masih 10ribuan aja. Lalu diambillah Simaksi (surat ijin mendaki) buat syarat kita masuk mendaki di Pos Pendakian awal.
5. Begitu aja. Kalau ada perubahan, kabar-kabari ya. :p
6. Mendaki dengan gembira di hari yang telah ditentukan!
Nah, rempong bukan?
Waktu masih jadi mahasiswa sih
gue dengan rela, ikhlas, senang hati, salto, kayang, loncat indah, mau-mau aja
ngurusin begituan. Berhubung udah tua dan (sok) sibuk, jadi gue mikut orang aja
lah kalau diajakin mendaki Gunung yang rempong begini.
Eits, tapi, tujuannya dibikin
rempong begini adalah untuk membatasi pendaki melakukan pendakian pada hari
yang sama. Biar gak over capacity kayak pas gue waktu mendaki Gunung Semeru yang
mencapai 3000 orang! Trust me, ada 3000 pendaki di sebuah gunung gak ada
bedanya sama lagi naik Haji.
Oiya, setiap harinya, gunung gede
menerima paling banyak 300 orang pendaki yang manjat. Keterangan lebih lanjut
klik www.gedepangrango.org.
-------Lanjut ya ke cerita------------
Pertama kalinya gue
manjat Gunung Gede, jam 3 pagi buta, gue lagi susah payahnya ngumpulin napas
buat nanjak ke step berikutnya, masih di dalam lindungan hutan Gunung Putri
yang gelap gulita,
tiba-tiba temen gue nyeletuk: “Kok
tukang nasi uduk belum pada muncul ya? Udah jam segini padahal...”
Gue: “Hah? Tukang nasi uduk!??
Tai.. pasti lo ngerjain gue... ” respon gue yang masih polos ini sambil
cekikikan.
Sebagai manusia normal yang baru
pertama kali manjat Gunung Gede, tentunya gue gak percaya dong. Masa iya ada
tukang nasi uduk di gunung. Kan gak makes
sense banget...
Nah, begitu sampai di Surya
Kencana buat makan dan bobo cantik sebentar, gue masakin emih buat rombongan
dengan lapang dada dan sederhana. Seperti cinderella.
Tiba-tiba ada suara setengah
berbisik: “Nasi uduk aaaaa.. Nasi uduk...”
“WHUAAA....!!!”
Gue ngibrit ketakutan.
Ya bayangin aja, jam 5 pagi, masih agak gelap, tiba-tiba ada suara begituan. Kaget
lah gue!
Temen-temen gue ngakak. Kampret!
Ternyata di samping pohon sebelah
gue masak, beneran ada tukang nasi uduk yang lagi nyender dengan sialannya dan
berusaha menjajakan barangnya. (dagangannya, lho. Dagangannya!)
Kata temen-temen gue yang udah
khatam berkali-kali naik Gunung Gede, mereka itu mendaki dari bawah ke atas cuma
butuh waktu 2 sampai 3 jam. GILA KAN??? GILA KAN?? *mata melotot* *napas abis*
Okay, lupakan si tukang nasi uduk
ini. Ohiya, katanya harganya sebungkus 10rb. Nasinya Cuma sekepel tangan. Mahal
banget? Ya biar deh, tega amat masih nawar orang dagang di gunung. *kemudian
ikutan dagang sempak*
Sekarang, mari kita nikmati
pemandangan Surya Kencana di bawah ini:
Setelah puas bobo-boboan di Surya
Kencana, photo session, makan minum, becanda, pacaran (sama pohon), berantem, modusin tenda sebelah, bakar sampah, bakar menyan, gelindingan sepuasnya, gue dan
rombongan bersegera menuju puncak gemilang cahaya...
Tapi jangan dulu bersedih, menuju
puncak Gunung Gede itu... Dengkul ketemu dada. Napas senen kemis. Jalurnya itu loh, fuuh! *elap keringet*
Tapi tapi tapi, dari Surya Kencana ke Puncak sekarang udah kece! Ada jalurnya sendiri yang dibuat dari batu. Semacam paving block gitu. Gak kebayang sama yang bikin jalan.... *peluk*
Tapi tapi tapi, dari Surya Kencana ke Puncak sekarang udah kece! Ada jalurnya sendiri yang dibuat dari batu. Semacam paving block gitu. Gak kebayang sama yang bikin jalan.... *peluk*
But,
trust me, semua terbayar begitu ngeliat ini... :’)
Prosesi ketemu Surya Kencana lalu
Puncak Gunung Gede itu hanya bisa ditemukan kalau kita mendaki via jalur Gunung
Putri dan turun ke Cibodas. Bisa juga ding via jalur Selabintana turun ke
Cibodas. Karena konsep mendaki jalur tersebut itu kayak huruf V dibalik. Ujung A
– Puncak – ujung B.
Tapi biasanya, biasanya loh ya,
biasanya jalur paling tenar di kalangan pemula justru via jalur Cibodas –
Cibodas. Yaitu naiknya Cibodas, turunnya jalur Cibodas. They said, jalur itu lebih gampang. Wallohualam.
Tapi, berdasarkan pengalaman gue
yang gak seberapa ini, menurut gue justru tidak. Menurut gue loh ya. Menurut gue.... *takut disangka sok tau*
Kalau mendaki gunung Gede via
jalur Cibodas dan turun via Cibodas lagi, itu artinya naik ujung A turun ke
ujung A lagi. Jadi kita gak akan ketemu Surya Kencana, kecuali kamu mau banget
turun ke Surya Kencana, terus naik lagi ke Puncak, baru turun. Mau banget
begitu?
Memang sih, jalur Gunung Putri
itu juga gak enteng juga. Seenteng-entengnya jalur di Gunung pun tetep gak bisa
dientengin. Inget, rules-nya mendaki
gunung adalah: tidak boleh jumawa, tidak boleh sombong, dan tetap bersahaja.
Kayak gue. *ngiprit*
Tapi, di jalur Gunung Putri gak
ada Tanjakan Setan. Gak ada tanjakan yang segitu bangetnya kayak Tanjakan Setan
di jalur Cibodas. Ada sih, tanjakan yang dengkul ketemu muka juga, tapi
tanjakan itu banyak akar-akarnya. Lebih mudah untuk jadi pegangan. Jadi, kalau
kamu jomblo dan gak bisa pegangan sama pacar, pegangan sama akar pun jadi.
Setelah turun dari puncak
dan sudah berada di wilayah jalur Cibodas, kita akan bertemu Tanjakan Setan.
Karena kita lagi jalan menurun, jadi gue namain aja jadi Turunan Setan.
*ditabok*
Tanjakan Setan itu dikasih nama
kayak gitu bukan karena banyak setannya loh. Walaupun sudah rahasia umum ya
kalau di Gunung itu banyak setannya. Tapi, karena itu tanjakan curaaaaaam
banget. Saking curamnya sampe ada tali segala. Tapi gak tau deh talinya masih
berfungsi apa gak sekarang.
Setelah Tanjakan Setan, kita akan
bertemu Kandang Badak. Namanya doang sih Kandang Badak, badaknya gak tau deh
dimana. Banyaknya ee orang doang. Serius loh ini. Karena Kandang Badak itu
adalah tempat favorit nge-campnya para pendaki, jadilah pasti mereka (Bukan
gue, karena gue biasanya ee di semak-semak Surya Kencana) berbondong-bondong
mencari semak-semak untuk ee di sana. Jadi, waspadalah kalau mau ee di Kandang
Badak. Waspada ranjau darat ada dimana-mana.
Selain itu, di Kandang Badak yang
harusnya diganti nama jadi Kandang ee itu, juga menjadi pintu masuk pendakian
ke arah Gunung Pangrango.
Turun dari Kandang Badak, kita
akan ketemu sumber air panas. Dan juga harus melewatinya kalau kita mau sampai
bawah. HARUS loh ya.
Hati-hati juga, air di sumber air panas ini... PANAS.
#yaiyalah
Oiya, BERHENTILAH kecentilan di sumber air panas ini. Contohnya:
1. Siram-siraman air ke temen/gebetan/pacar/pacarnya gebetan/gebetannya pacar sambil cekikikan gemes ala ala lagi di pantai
2. Cuci-cuci kaki ala putri keraton
3. Mandi. Jangan mentang-mentang gak ada air panas di rumah terus norak.
4. Nyuci selendang. Kamu bukan bidadari.
5. Mancing. Yakali.
Kalau kamu sampai bisa ngelakuin
hal-hal tersebut di atas, sudah bisa dipastikan kalau kamu itu Peri Hutan, Dewa
Dewi, atau Kuntilanak.
Liat sendiri deh ya gimana
bentuknya itu sumber air panas:
Habis disuguhi pemandangan indah
dari sumber air panas yang bisa membuat siapapun bergetar semacam vibranya Vidi
Aldiano, kita akan disuguhi jalanan yang terus menurun sampai ke Cibodas!
DAAAAANNNNN.......
SAMPAI JUGA KE CIBODAS!!! Uwuwuwuwuwuwuwuwuwuwuwuw!!!
Follow the rules. Complete the tools. And Happy Mountaineering!
Thanks for reading!
kemenyek...
ReplyDeleteOpo kuwi artine cuuuuuk!
DeleteHahaha...seru ceritanya...meski lebih penasaran sama wajah penjual nasi uduk di tengah gunungnya :-D
ReplyDeleteAku.. aku takut motretnya kak.. :'(
Deletesok cantik nih
DeleteEnvy sm yg foto2 di surya kencana. Siaul
ReplyDeleteLu sih diajakin sok cantik... Gak pernah mau ikut..
Deletemupeeeng
ReplyDeleteYuk yukkkk
DeleteMas, mas, aku belum muncak Gede nih. *nangis menatap foto*
ReplyDeleteYuk kapan!
Deletekeren, cen! huahaha..
ReplyDeletegue pengen dong cerita seremnya di Gunung Gede..
kan kata lo banyak ....-nya..
Tunggu bukunya keluar tentang ini! hahahahahaa. Tapi itu gak ada gedenya ding. Oke, ntar gw posting deh..
Deletegue tunggu, yah. hahaha
DeletePastih!!! :)
Deletenice blog, jangan lupa mampir ke blog ane yaa
ReplyDeletehttp:/travellingaddict.blogspot.com/
let's blog walking :))
Segera mampir kak!!! Makasih udah mampir yah! :))
DeleteBacanya terharu sambil ngakak :D
ReplyDeleteTulisannya kocak, seru, dan serius...
T.O.P banget *bukan personil bigbang ye*
Mihiiyyy di mampiri Mbak Riani.. :3
Deletengakak gila ... hahahaaha
ReplyDeleteNgahahaahaha, makasih yak udah mampir! :D
Deletelagi jalan-jlan di gugle terus nemu tulisn ini, tulisan lucu, seru, gilaaa banget .. lagi pengen kesono tapi gada yang ngajakin fufufu.. oya salam kenal mas :)
ReplyDeleteWiw. Salam kenal balik! Makasiy udah mampir. Sering-sering mampir yak, biasanya suka buka open trip gitu. :D
Deleteasiikk... seru cerita jalan2nya... aku nyesel banget deh belum pernah muncak sama sekali di gunung2 daerah Jawa Barat. Sekarang udah terlanjur jadi nyai2 mana kuat angkat pantat hahahahaa....
ReplyDeleteAduh nyai.. kocak mereuunn. hahahahaa *koprol*
DeleteHahaha,,, lucu ceritanya... N emank persis sama dgn yg gue rasain pertama kali k TNGP,,, kok ada penjual nasi uduk??? Tapi yg gue dapet bukan nasi uduk bg, melainkan nasi kuning stgh mateng... Ckckkcck...
ReplyDeleteLumayan Buat pertama kali...
Pengalaman gue nanjak yah d sini, d TNGP... Mantepppp... Naek turun lewat jalur cibodas,,, n cuman smpe d Gn. Pangrango...
ASAP gue mw k Sana lg... Hahayyyy...
Salam kenal abang... 😆😆
Hahaha,,, lucu ceritanya... N emank persis sama dgn yg gue rasain pertama kali k TNGP,,, kok ada penjual nasi uduk??? Tapi yg gue dapet bukan nasi uduk bg, melainkan nasi kuning stgh mateng... Ckckkcck...
ReplyDeleteLumayan Buat pertama kali...
Pengalaman gue nanjak yah d sini, d TNGP... Mantepppp... Naek turun lewat jalur cibodas,,, n cuman smpe d Gn. Pangrango...
ASAP gue mw k Sana lg... Hahayyyy...
Salam kenal abang... 😆😆
Thank you udah mampirrr~~~ :D
DeleteTgl 8 april bsk sayÀ mau naik kaka. Ùntuk pertama kalinya. Ke TNGP via putri turun pangrango.. Doakan yach .. Tulisannya aseli bikin ngakak tp keren. Follow me @nourmalia_dara ;)
ReplyDeleteThanks nurmalia!!! Good luck manjat gedenya! :D
Deleteya gitu dehh
ReplyDeletepertengahan 2012,ane juga merasakan lebatnya hutan gunung putri, nasi uduk yang nasi sedikit mengeras karena dingin. pertama ane kaget juga, ada yang jualan nasi di gunung. ajib dah... daan juga tangga batu sampek Cibodas.. Ampun dah, bikin baut2 kaki lepas smwa,... tapi sayang, ane belum sempat berkanalan ma Pangrango dan mandalawangi yang tersohor oleh puisi Gie,.. *meratapi.
ReplyDeletesalam,..
Ya gitu deh~~~~\o/
DeleteMasBro... apa bener dijalur Gn.Putri sampe G.Gede banyak yang jual nasi???trims..
ReplyDeleteNah itu kan dah diceritainn
DeleteMau tanya dongg.. Hehehe
ReplyDeleteKak, waktu itu naik gunung brp hari? Pake inepinepan ga?
Keren bang tripnya.. Naek G.Putri turun Cibodas...
ReplyDeleteKalo saia sebaliknya..
Monggo mampir juga ke cerita saya sewaktu ke Gede: Dari Jogja Menuju Puncak Gede
udah lama banget pernah naik ke gunung gede via cibodas, sekitar tahun 2013 atau 2014 gitu lupa. Tapi gak sempet main ke surken dan muncak ke Pangrango, pengen banget main kesana lagi.. *curcol
ReplyDeletegan, ane buat artikel juga tentang jalur pendakian gunung gede pangrango mampir ya gan, koreksi jika ada salah :) nuhun